Sabtu, 28 November 2009

Akulah Pahlawan itu


Superhero atau pahlawan identik dengan tokoh – tokoh pada film anak – anak maupun dewasa. Seperti Spiderman, Batman, James Bond, Superman, dan masih banyak lagi. Mereka semua adalah pahlawan pada zaman sekarang ini, dan ternyata itu hanya fiktif. Sedangkan apa yang disebut dengan pahlawan pada zaman sekarang ini secara logis dan nyata? Kalau zaman dulu pahlawan selalu berhubungan dengan yang namanya ’pengusir penjajah’ seperti tokoh Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Panglima Sudirman, dan Bung Tomo yang mengingatkan kita pada tanggal 10 November, dimana perang besar terjadi di kota Surabaya yang mengakibatkan salah satu tokoh penting seorang penjajah A. W. S. Malaby tewas tertembak. Tapi sat ini kata pahlawan itu yang awalnya ’pengusir penjajah’ berubah drastis menjadi ’pengusir koruptor’. Jadi sebenarnya siapakah pahlawan itu? Apakah guru sang pahlawan tanpa tanda jasa dengan sejuta teori alam dan kehidupan atau seseorang yang mendapatkan penghormatan bergengsi kalpataru dari Presiden karena menyelamatkan lingkungan atau juga pelajar yang belajar tekun dan rajin di dalam kelas untuk pengabdian kepada negaranya meneruskan perjuangan melawan kebodohan?Memang guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa tapi akhir - akhir ini diberitakan beberapa kasus guru menganiaya muridnya sendiri gara – gara ketawan mencuri helm di sekolah bahkan sampai ada yang tega mencabuli sendiri anak didiknya sendiri dan ditingkat perguruan tinggi, seorang dosen dituduh atas perlakuan pelecehan seksual terhadap mahasiswinya. Itulah potret pahlawan tanpa tanda jasa zaman sekarang yang sangat jauh berbeda dengan zaman dulu. Zaman dulu ada banyak guru yang betah mengajar di sebuah gedung nyaris roboh sekalipun demi menyalurkan ilmu yang mungkin tidak sebanding dengan pengorbanan memperjuangkan beberapa anak agar tetap sekolah. Walaupun pengorbanannya itu tidak digaji oleh pemerintah, dia tetap bertahan bagaimana semua anak didiknya kelak nanti bisa menjadi seorang pemimpin yang jujur dan adil dalam meneruskan tongkat estafet dan hasil perjuangan pahlawan tempoe doeloe. Dan ternyata keadaan menyedihkan itu sepertinya tidak kunjung berubah sampai sekarang.
Berpindah pada penerima kalpataru atau orang yang menerima penghargaan langsung dari presiden karena telah menyelamatkan lingkungan. Walaupun sejuta Kalpataru di anugrahkan tetap saja terjadi bencana alam dimana – mana. Banjir, longsor, dan yang paling parah dan sampai saat ini belum usai adalah kasus luapan lumpur lapindo yang menyebakan kerugian yang amat sangat banyak. Karena alam ini sudah terlanjur rusak, dirusak oleh tangan – tangan manusia sendiri dan orang tak bertanggung jawab. Ketika alam ini dibenahi oleh sang penerima kalpataru, pada waktu itu juga alam ini dirusak oleh orang berdasi yang sekarang kebanyakan mendekam di balik jeruji besi karena kasus penggelapan kayu. Itulah fakta yang terjadi sehingga diperkirakan 50 tahun mendatang dunia kiamat bukan karena kuasa Tuhan tapi karena ulah tangan – tangan kita sendiri yang mempunyai jiwa seni merusak lingkungan.
Beralih ke seorang pelajar yang tekun belajar di dalam kelas tadi. Dia dapat di katakan sebagai pahlawan apabila dia setelah lulus sarjana nanti dapat pekerjaan yang layak dan banyak membantu masyarakat luas. Zaman modern seperti saat ini mencari pekerjaan dalam konteks ’layak’ sangatlah sulit. Ijazah SMA pada zaman sekarang saja dianggap sama dan setara dengan ijazah SMP. Apabila seorang pelajar tadi gagal, apakah dia masih dikatakan seorang pahlawan? Banyak sarjana yang tidak punya pekerjaan yang tetap padahal berpuluh – puluh juta telah dia setorkan untuk biaya sampai sarjana. Di negeri ini sudah banyak perusahaan yang gulung tikar bahkan memecat banyak buruh atau pekerja dengan beribu alasan. Hal itulah yang menyebabkan kecilnya peluang kerja. Apalagi baru –baru ini dunia di kejutkan oleh yang namanya World Crisis berdampak banyak bursa bursa di semua negara di dunia kalang kabut dan ini berpengaruh pada semua bank swasta yang ikut kalang kabut sehingga timbal buruknya lagi – lagi orang kecil yang harus menderita. Kesimpulannya adalah pada zaman modern seperti ini banyaklah pintar dan lincah membaca sebuah peluang yang brilian. Sebagai contoh tidak jarang orang – orang yang hanya berpendidikan SMA bahkan SD mempunyai penghasilan hampir 30 juta keatas setiap bulannya karena sebuah bisnis yang biasa disebut dengan bisnis MLM, Multi Level Marketing yang orang awam menyebutnya bisnis mulut lewat mulut. Walau membutuhkan waktu yang tidak singkat dan harus berani malu dikatakan sebagai sales pemimpi, paling tidak dapat dikatakan sebagai pahlawan karena meringankan pekerjaan pemerintah menekan angka pengangguran.
Banyak teroris ngawur beranggapan bahwa perbuatan teror termasuk dalam jihad yaitu perbuatan pahlawan yang membela agama. Tapi ketika jihad itu mengakibatkan kerugian pada sesama manusia apakah itu tetap dikatakan sebagai berjuang dijalan agama Tuhan? Tidak lain itu malah disebut dengan pahlawan kesiangan. Lalu, sebenarnya siapakah pahlawan itu? Siapakah yang patut diberi gelar sebagai ”The Real Superhero”? Jawabannya adalah seorang yang bukan siapa - siapa sedang mengukap sebuah kebenaran sejati walaupun banyak orang menganggap pekerjaan seperti itu percuma dan tidak ada gunanya. Pada hakekatnya yang dimaksud dengan pahlawan adalah yang mengungkap sebuah kebenaran untuk memberantas sebuah kejahatan. Karena pada saat ini sangat dibutuhkan seorang ’Detektif’ yang benar – benar seorang detektif pengungkap kebenaran sejati. Polisi saja tidak cukup, sekalipun TNI juga tak cukup. Bahkan Mahkamah Agung pun belum cukup, karena pengungkapan kebenarannya masih banyak diperhitungkan dan diragukan oleh banyak orang. Dengan iming – iming uang pasti yang seharusnya benar menjadi salah dan sebaliknya yang seharusnya salah malah dibenarkan. Kalau seperti itu terus, lantas apa gunanya Jutaan pejuang pada zaman dulu mati – matian membela tanah air dan mengusir penjajah kalau pada akhirnya negeri ini bernasib tragis gara – gara kegiatan Kolusi dan Nepotisme yang hanya dilakukan pada segelintir orang yang bermotto ”hidup untuk makan”.
Untuk kali ini arti pahlawan adalah pengungkap kebobrokan di dalam tubuh negeri ini. Seorang seperti itu sangat dibutuhkan. Atau seharusnya, pahlawan pada saat ini adalah pejabat – pejabat yang jujur, penegak hukum yang adil, politikus yang mementingkan rakyat, ilmuwan berkepentingan menolong masyarakat, pemuka agama yang benar – benar mengarahkan dan bepedoman pada kitab, musisi yang menciptakan karyanya tidak dengan syair yang indah saja tapi juga mengobarkan semangat untuk menjadi yang terbaik dan dapat dipercaya sehingga apabila dirangkum menjadi satu menjadi sebuah negara yang mempunyai semangat Singapura, pencetak bibit unggul dengan otak Amerika, pemilik kaki Brazilia, berhati Ka’bah dan berkepribadian ala tanah air. Meskipun perjalanan begitu panjang dan melelahkan, tidak bertabur bunga seperti yang selalu diharapkan oleh seorang pemimpi.
Hari ini berharap mencari seorang yang jujur dan adil pada akhir zaman sangatlah sulit. Sebab mulai dari Ketua RT sampai ke tingkatan jabatan menteri pasti terlibat berperan sebagai tikus negara yang menggerogoti kekayaan negara yang diperjuangakan ratusan tahun yang lalu dan yang seharusnya semua kekayaan itu untuk kepentingan kesejahteraan rakyat. Untungnya pemeran tikus negara tidak sampai pada jabatan bergengsi yang diperebutkan banyak orang berdasi di negeri ini yaitu seorang Presiden. Kalau sampai Presiden korup sebaiknya KPK ditutup saja karena kesanggupannya hanya sebagai formalitas belaka dan siap – siap kembali pada tahun 1998 yang pada saat itu adalah saat - saat yang lebih dari kata sejarah bangsa. Jadi sekali lagi, pahlawan pada hakekatnya adalah pengungkap sebuah kebenaran sejati yang minoritas menguak sebuah kejahatan yang busuk dengan ukuran mayoritas. Memang selalu begitu, banyak orang yang membela kejahatan untuk kepentingan pribadi sehingga kebaikan yang diabaikan. Padahal tahu kalau itu adalah sebuah kebaikan. Janganlah bercita – cita menjadi dokter atau presiden, berangan – angan menjadi Spiderman atau Batman tapi bercita – citalah tapi berniatanlah untuk menjadi pengungkap sebuah kebenaran yang mengamalkan kebenaran setiap detiknya melawan sebuah kebobrokan zaman dan kejahatan besar sehingga bermanfaat bagi banyak orang. Itulah yang dikatakan dan disebut dan yang selanjutnya pantas menyandang gelar seorang pahlawan sejati. “Lebih baik aku diasingkan daripada harus menyerah dalam kemunafikan dan lebih baik aku dihukum gantung daripada aku harus menyerah dalam mengungkap suatu kebenaran sejati” [gie].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar